Credits :

    Info Job and Career
    www.flickr.com
    momopie_miumiu's photos More of momopie_miumiu's photos
    Kolom blog tutorial
Google

Monday, August 6, 2007

Minggu, 17 Desember 2006

Dari Diari Sampai Blog


Pernah nggak, suatu ketika kamu ingin sekali menceritakan sesuatu yang amat penting tapi nggak tahu harus ngomong dengan siapa? Rasanya, hampir semua sahabat belia pernah mengalaminya, ya! Jangan bingung, tulis saja segala isi hatimu!



Soe Hok Gie pun melakukannya. Semasa hidupnya, aktivis angkatan 1966 itu termasuk orang yang rajin menulis jurnal harian lho. Catatan harian Om Gie merupakan kumpulan pergulatan pemikirannya ketika duduk di bangku kuliah.

Film Gie telah diputar di biskop-bioskop Indonesia. Film tersebut diadaptasi dari diarinya Om Gie, lho. Catatan harian Om Gie bahkan sudah dua kali dicetak dalam bentuk buku. Kebiasaan menulis diari juga ada pada Soraya Libby Indiana. Pelajar kelas lima SD Siloam, Depok, itu menekuni hobi mengisi buku harian sejak empat tahun lalu. ''Sekarang, jumlahnya sudah seabrek. Nggak kehitung lagi banyaknya. Semuanya tersusun rapi di rak buku,'' kata Libby.

Apa sih yang ditulis Libby? Di diarinya, Libby bisa menulis apa saja. ''Biasanya tentang hari-hari di sekolah. Cerita soal si tukang nyontek, misalnya. Kalau yang terbaru topiknya mengenai kakak kelas yang tampangnya imut. Sebel deh, saya pernah di-cuekin waktu di kantin,'' celoteh Libby yang ingin menjadi wartawan itu.

Sejak mengenal komputer, Libby mulai memanfaatkannya sebagai pengganti buku diari. Selain menulis kisah kesehariannya, Libby juga mulai mencoba membuat cerpen. ''Bikin cerpen jauh lebih susah. Tapi, karena sering menulis, memulainya lebih gampang. Sering menulis juga memudahkan saya mendapatkan nilai yang baik di pelajaran Bahasa Indonesia,'' ungkap gadis kelahiran 30 April 1996 itu.

Zaman sekarang, kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk membuat jurnal di komputer. Jurnal online juga bisa dibuat. Dengan membuat blog, hasil olah kreativitas kita bisa terpublikasikan secara luas. Blog) berasal dari kata web log. Itu lho, halaman internet, yang desainnya sudah disediakan. Kita tinggal memilih desain halaman yang kita suka, kemudian mengisinya dengan tulisan-tulisan dan foto-foto kita. Nge-blog, mengapa tidak?

Saraswati punya kisah menarik yang melatarbelakanginya membuat blog. Pelajar kelas lima SD Madania itu gemar sekali menulis. ''Dulu, saya pernah menulis cerpen di komputer. Gara-gara virus, semuanya hilang. Lantas, saya mencoba membuat blog untuk memuat seluruh pengalaman menarik serta ide-ide tulisan saya,'' paparnya.

Saras punya dua blog. Yang pertama, www.saras-saraswati.blogspot.com. Yang kedua, www.sarasonline.com. ''Situs internet itu pemberian ayah. Saya dibantu Om Wicak dan Om Puji untuk meng-upload isinya,'' kata Saras.

Untuk meng-update blogspot-nya, Saras tidak menemui kesulitan. Ia merasa amat terbantu dengan adanya panduan upload. ''Yang ini lebih mudah di-manage,'' komentarnya.

Kendati telah memiliki dua blog, Saras tidak meninggalkan buku hariannya. Baginya, buku diari tetap penting. ''Soalnya, saya amat menikmati proses menulis dengan tangan,'' ucap pengagum Nia Dinata itu.

Mengaku sebagai orang yang teledor, Saras merasa kesulitan menjaga diarinya. Berulang kali, buku hariannya tercecer dan tak lagi bisa ditemukan. ''Saya sering lupa menaruh barang. Akibatnya, diari saya satu per satu hilang,'' ujarnya.

Kehilangan buku diari bukan satu-satunya risiko yang dihadapi Saras yang pelupa. Suatu ketika, sang bunda pernah dipergokinya sedang membaca buku hariannya. ''Sebel banget. Saya langsung teriak. Nyesel juga menulis di buku yang nggak ada kuncinya,'' kata Saras.

Ekspresi diri di blog, lanjut Saras, punya kelebihan tersendiri. Lewat blog, ide-idenya bisa terpublikasikan. Selain itu, risiko hilangnya tulisan amat rendah. ''Istilahnya, blog kita bawa sampai mati.''

Di samping keuntungan tersebut, blog juga memiliki keterbatasan. Saras mengakuinya. ''Karena bisa dibaca siapa saja, saya nggak mungkin menceritakan hal-hal yang sifatnya rahasia. Kalau kesal dengan seseorang, misalnya, saya mesti pakai nama samaran untuk menggambarkan orang yang dimaksud. Yang penting, unek-unek tersalurkan,'' urainya.

Mengembangkan hobi menulisnya, Saras bersama teman-temannya berencana membuat sebuah majalah. Hebat ya... Rencananya, majalah tersebut diterbitkan awal Januari 2007. Namun, sejauh ini, yang sudah jadi baru desain sampulnya. ''Sembilan puluh persen artikelnya belum masuk,'' kata gadis yang lahir tanggal 24 Juni 1996.

Hobi menulis ternyata juga memudahkan urusan sekolah. Proyek presentasi yang tiap cawu harus dikerjakan Saras berjalan lebih mulus berkat kegemarannya menulis. ''Kemampuan saya menulis makin terasah karena sering latihan,'' celetuknya. rei

( )



Read more !
Minggu, 17 Desember 2006

Dari Diari Sampai Blog


Pernah nggak, suatu ketika kamu ingin sekali menceritakan sesuatu yang amat penting tapi nggak tahu harus ngomong dengan siapa? Rasanya, hampir semua sahabat belia pernah mengalaminya, ya! Jangan bingung, tulis saja segala isi hatimu!

Soe Hok Gie pun melakukannya. Semasa hidupnya, aktivis angkatan 1966 itu termasuk orang yang rajin menulis jurnal harian lho. Catatan harian Om Gie merupakan kumpulan pergulatan pemikirannya ketika duduk di bangku kuliah.

Film Gie telah diputar di biskop-bioskop Indonesia. Film tersebut diadaptasi dari diarinya Om Gie, lho. Catatan harian Om Gie bahkan sudah dua kali dicetak dalam bentuk buku. Kebiasaan menulis diari juga ada pada Soraya Libby Indiana. Pelajar kelas lima SD Siloam, Depok, itu menekuni hobi mengisi buku harian sejak empat tahun lalu. ''Sekarang, jumlahnya sudah seabrek. Nggak kehitung lagi banyaknya. Semuanya tersusun rapi di rak buku,'' kata Libby.

Apa sih yang ditulis Libby? Di diarinya, Libby bisa menulis apa saja. ''Biasanya tentang hari-hari di sekolah. Cerita soal si tukang nyontek, misalnya. Kalau yang terbaru topiknya mengenai kakak kelas yang tampangnya imut. Sebel deh, saya pernah di-cuekin waktu di kantin,'' celoteh Libby yang ingin menjadi wartawan itu.

Sejak mengenal komputer, Libby mulai memanfaatkannya sebagai pengganti buku diari. Selain menulis kisah kesehariannya, Libby juga mulai mencoba membuat cerpen. ''Bikin cerpen jauh lebih susah. Tapi, karena sering menulis, memulainya lebih gampang. Sering menulis juga memudahkan saya mendapatkan nilai yang baik di pelajaran Bahasa Indonesia,'' ungkap gadis kelahiran 30 April 1996 itu.

Zaman sekarang, kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk membuat jurnal di komputer. Jurnal online juga bisa dibuat. Dengan membuat blog, hasil olah kreativitas kita bisa terpublikasikan secara luas. Blog) berasal dari kata web log. Itu lho, halaman internet, yang desainnya sudah disediakan. Kita tinggal memilih desain halaman yang kita suka, kemudian mengisinya dengan tulisan-tulisan dan foto-foto kita. Nge-blog, mengapa tidak?

Saraswati punya kisah menarik yang melatarbelakanginya membuat blog. Pelajar kelas lima SD Madania itu gemar sekali menulis. ''Dulu, saya pernah menulis cerpen di komputer. Gara-gara virus, semuanya hilang. Lantas, saya mencoba membuat blog untuk memuat seluruh pengalaman menarik serta ide-ide tulisan saya,'' paparnya.

Saras punya dua blog. Yang pertama, www.saras-saraswati.blogspot.com. Yang kedua, www.sarasonline.com. ''Situs internet itu pemberian ayah. Saya dibantu Om Wicak dan Om Puji untuk meng-upload isinya,'' kata Saras.

Untuk meng-update blogspot-nya, Saras tidak menemui kesulitan. Ia merasa amat terbantu dengan adanya panduan upload. ''Yang ini lebih mudah di-manage,'' komentarnya.

Kendati telah memiliki dua blog, Saras tidak meninggalkan buku hariannya. Baginya, buku diari tetap penting. ''Soalnya, saya amat menikmati proses menulis dengan tangan,'' ucap pengagum Nia Dinata itu.

Mengaku sebagai orang yang teledor, Saras merasa kesulitan menjaga diarinya. Berulang kali, buku hariannya tercecer dan tak lagi bisa ditemukan. ''Saya sering lupa menaruh barang. Akibatnya, diari saya satu per satu hilang,'' ujarnya.

Kehilangan buku diari bukan satu-satunya risiko yang dihadapi Saras yang pelupa. Suatu ketika, sang bunda pernah dipergokinya sedang membaca buku hariannya. ''Sebel banget. Saya langsung teriak. Nyesel juga menulis di buku yang nggak ada kuncinya,'' kata Saras.

Ekspresi diri di blog, lanjut Saras, punya kelebihan tersendiri. Lewat blog, ide-idenya bisa terpublikasikan. Selain itu, risiko hilangnya tulisan amat rendah. ''Istilahnya, blog kita bawa sampai mati.''

Di samping keuntungan tersebut, blog juga memiliki keterbatasan. Saras mengakuinya. ''Karena bisa dibaca siapa saja, saya nggak mungkin menceritakan hal-hal yang sifatnya rahasia. Kalau kesal dengan seseorang, misalnya, saya mesti pakai nama samaran untuk menggambarkan orang yang dimaksud. Yang penting, unek-unek tersalurkan,'' urainya.

Mengembangkan hobi menulisnya, Saras bersama teman-temannya berencana membuat sebuah majalah. Hebat ya... Rencananya, majalah tersebut diterbitkan awal Januari 2007. Namun, sejauh ini, yang sudah jadi baru desain sampulnya. ''Sembilan puluh persen artikelnya belum masuk,'' kata gadis yang lahir tanggal 24 Juni 1996.

Hobi menulis ternyata juga memudahkan urusan sekolah. Proyek presentasi yang tiap cawu harus dikerjakan Saras berjalan lebih mulus berkat kegemarannya menulis. ''Kemampuan saya menulis makin terasah karena sering latihan,'' celetuknya. rei

Read more !

Sunday, May 27, 2007

BAB IV REVISI

Monday, May 14, 2007

KERTAS KERJA RINNI

PROPOSAL REVISI SINTA

Thursday, May 10, 2007

LAMPIRAN JURNAL ELIMINASI

BAB IV

 


© 2006 Welcome to Rainny's World @_@ | Design by Rohman Abdul Manap
:::    Skip to top   :::

Download